Sudahkah Kita Berkomunikasi Produktif pada Anak?

Sering gak sih bun kita suka uring-uringan kalau pas lagi ngomong sama anak? Apalagi kalau bahasannya lagi serius dan mereka menanggapinya bagai angin lalu. Atau malah mungkin tanggapan mereka jauh dari yang kita bayangkan. Pernah gak?

Kadang orang tua maunya A, tapi belum tentu si Anak punya kemauan yang sama meskipun tujuan akhirnya berada di satu titik yang sama. 
Kalau hal ini terus terjadi, orang tua keukeuh, si anak juga keukeuh, lalu apa kata duniaaaa?



 #pasukan para ibu kudu tarik napas dulu nih.
Ngelu bun. 
Urusan rumah gak ada kelarnya, belum lagi urusan ama yang lain, eh anaknya juga susah di kasih tau.

Tapi inget lho, Bun! 

Buah tak akan jatuh jauh dari pohonnya.Dan anak adalah peniru yang ulung.


Saat komunikasi dengan anak mengalami hambatan, jangan sampai esmosi memenuhi jiwa dan raga. Astaghfirullahaladzim.

Bentakan, teriakan, pemaksaan, kata “Harus”, “Pokoknya” bahkan sentilan fisik yang mampir ke anak karena kita tak sanggup menahan “kewarasan” berpikir meski hanya setitik saja, itu akan sangat berpengaruh pada anak. 
Jadi jangan coba-coba deh ya. 
Buat anak koq coba-coba #eeeh.

Anak-anak belum berpengalaman menjadi orang dewasa.Tapi orang dewasa telah berpengalaman menjadi anak-anak. 

Ngerti maksudnya kan ya, Bun?

Bisa jadi tanpa disadari kita terlalu angkuh untuk bisa meletakkan jalannya pikiran ini sejajar sama anak. Kita merasa lebih expert, sehingga kadang harapan kita dalam menyampaikan sesuatu ke anak terlalu tinggi.

Contoh nih ☺


Bunda : “Kak, ayo cepat bangun. Nanti kakak terlambat sekolah lho. Belum mandinya, belum  sarapannya. Duh, mana ini hari Senin, jalanan bakal macet kalo kita kesiangan. Ayo kak buruan bangunnnn!”

Bunda : “Kak, pulang sekolah itu ya cuci tangan cuci kaki ganti baju. Itu sepatu jangan sembarangan taroknya. Kan udah ada tempat sepatu. Baju kotor dimasukin ke tempat baju kotor. Kaoskakinya juga jangan lupa. Tempat bekal keluarin dulu dari tas kak, nanti bau. Tarok di dapur dulu nanti bunda cucikan.”

Coba dibaca pake penghayatan. Ada yang bisa menirukan kalimat di atas dengan fasih? Atau sudah nyerempet-nyerempet kenyataan? Hehehe

Apa yang akan dilakukan anak?
Di kasus pertama dia akan : Bangun.
Ya, kemungkinan besar anak akan bangun. 
Tapiiii
Bangunnya dengan terpaksa, dengan terburu-buru, dengan “ala kadarnya” (daripada kena omelan mamah)” dan dengan muka yang cemberut.
Trusss
Mau tau kelanjutannya?

Bisa jadi setibanya di sekolah ia masih tidak fokus, belum siap menerima pelajaran dan malas-malasan. Bisa juga anak jadi melampiaskan kekesalannya kepada temannya di sekolah.

Kalau kasus yang kedua gimana nih kira-kira si anak menanggapinya?
Bisa jadi dia melakukan instruksi bundanya meskipun tidak lengkap, tidak beraturan atau tidak semuanya karena lupa saking banyaknya instruksi.
Atau bisa juga  anak malah frustasi, ngambek, gak mood dan akhirnya gak ngerjain satupun dari instruksi si bundo.

Ilustrasi di atas memang tidak mutlak terjadi. 
Tapi ini pernah terjadi.
Dan jangan sampai anak kita yang mengalaminya. 
Iya kan?

Lalu apa yang seharusnya dikatakan oleh sang Bunda? Apakah ini semua salah Bunda?
#mendadak merasa berat tugas menjadi ibu ya.

Kuncinya adalah : KOMUNIKASI PRODUKTIF

Ada beberapa cara Komunikasi Produktif dengan Anak.

Diantaranya yang sering para bunda (ke)lupa(an) adalah 
: Menjaga intonasi atau nada bicara kepada anak, tidak bertele-tele, pilihan kata yang “ramah” di telinga anak dan juga kontak mata.
Tapi inget ya, kontak mata yang dimaksud di sini adalah tatapan penuh cinta ya Bun. Jangan sampai mata berbicara yang lain kepada anak #piss ah



Dan sekarang Bundo sangat beruntung sekali saat ini sedang mengikuti materi perkuliahan di kelas “Bunda Sayang”.
Hah? Bundo kuliah? Kuliah apaan sih?

Ssst… 
Coba bayangin deh. Kalau kita gak bisa masak, terus pengen bisa masak yang enak, caranya gimana? Belajar kan yah bunds? Bisa otodidak dengan puluhan kali trial and error atau pakai resep or mentor yang sudah terjamin kualitas masakannya.

Begitu juga menjadi orang tua. 
Bundo merasa masih miskin ilmu, belum berpengalaman banyak untuk menjadi orang tua. 
Maka dari itu Bundo harus belajar kepada mereka yang lebih dulu mempunyai pengalaman dan ilmu yang sudah terbukti hasilnya.

And here I am.
Bergabung dalam komunitas Ibu Profesional yang digawangi oleh Institut Ibu Profesional (IIP).
Kenal IIP ini sebenernya udah agak lama. Pas Bundo masih tinggal di Semarang dan baru punya 2 anak yang masih unyu-unyu. Selalu semangat kalau Bu Septi Peni Wulandani (founder IIP) datang dari Salatiga lalu berbagi ilmu dengan para ibu-ibu di Semarang. Itu sekitar enam atau tujuh tahun yang lalu.
Tapi karena Bundo harus pindah kota pindah pulau, akhirnya pembelajaran ini sempat terhenti. 

Dan sekarang pas udah beranak tiga, si sulung udah SMP, Bundo bertekad lagi untuk menuntaskan apa yang sudah pernah dimulai. 
Apalagi sekarang IIP sudah semakin keren, semakin mobile dan flexible. Bisa di akses dimana saja dan komunitasnya juga berkembang pesat.

Jadilah sekarang Bundo sebagai  mahasiswi kelas Bunda Sayang di Ibu Profesional Sulawesi.

Kemarin sampe malu sendiri pas ketemu Bu Septi saat beliau mengisi workshop Family Strategic Planning di Makassar. Tau gak kenapa? Berapa pulau dilalui berapa tahun terlampaui, tiap ketemu gak lulus-lulus belajarnya di IIP. Hihihi. 

sumber foto :
https://web.facebook.com/pg/InstitutIbuProfesional/photos
Kuliah di IIP memang ada tingkatannya.
1. Program Matrikulasi ( ini sekitar 9 kali pertemuan )
2. Program Bunda Sayang ( ini 12 kali pertemuan )
3. Program Bunda Cekatan ( ini 12 kali pertemuan juga )
4. Program Bunda Produktif ( ini 12 kali pertemuan )
5. Program Bunda Saleha ( ini juga 12 kali pertemuan )
6. Program Training Trainer dan Fasilitator

Kebayang kan kalo misalnya pertemuannya itu seminggu sekali aja udah berapa lama waktu yang dibutuhkan buat menjadi Ibu Profesional. Belum lagi kalau ternyata sebulan sekali pertemuannya.

Gak ada hasil yang maksimal tanpa usaha yang optimal 

Termasuk keinginan menjadi ibu yang baik bagi anak-anak, istri yang shaleha bagi suami, anak  yang berbakti bagi orang tua dan muslimah yang bermanfaat bagi sesama.

Semoga dengan belajar di IIP dan di “Universitas Kehidupan” ini membuat bundo (pada khususnya) mampu mendampingi anak-anak menjadi anak yang shaleh/shalehah dan bermanfaat bagi kemuliaan keluarga dan umat. 
Aamiin Insya Allah

Oya, 10 hari ke depan bundo akan mengikuti games dari  materi Komunikasi Produktif – Bunda Sayang . 
Target utamanya saat ini adalah ke adik Haneen yang umurnya hampir 4 tahun.
Si anak bungsu ini yang memang lagi cantik ataupun lagi gak syantik,tapi pada kenyataannya dia cenderung manja (dan dimanja?). Kalau gak diturutin, bisa goncang ini rumah imut yang kami tinggali saat ini. 
Itu kenapa Bundo excited banget mau menaklukan tantangan Komunikasi Produktif kali ini.

Tunggu live reportnya mulai besok ya bunds kesayangan.
Sekarang  Bundo mau beberes duyu. Makassar udah mulai gelap nih.
Salam sayang dari kota Daeng,
❤Bundo❤
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional