Usia Ideal hidup jauh dari orangtua

Boarding School (mondok)? Why Not?
Sudah baca postingan kemarin kan ya.. Tentang kenapa kita (eh) saya memilih sekolah boarding school atau “mondok” untuk ananda tercinta.
Kemarin ada yang nanya, “ Yakin bun anaknya mau di pondokin? Kasian lho”.
Konteks kasian yang tak bertuan seperti ini yang bikin bundo bingung. Kasian dari mananya ya? Dari fasilitas yang berbeda dengan yang di rumah? Kalau itu sih justru kami tidak khawatir. Orangtua juga ga mungkin memilihkan tempat yang tidak layak bagi anaknya untuk tinggal dan menuntut ilmu. Ya kan?
“Kasian masih kecil bun!”
Insya Allah ya, dengan persiapan sedini mungkin rasanya usia bukan penghalang.
Dhika ambilkan sedikit tulisan di postingan sebelumnya ya.
Idealnya umur berapa sih anak kita cocok dengan kehidupan berasrama, jauh dari orangtua?
www.muslim.or.id
Dari Ubada bin Shamit, Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam melarang memsahkan antara ibu dan anaknya. Ada yang bertanya pada beliau, “ Wahai Rasulullah, sampai kapan?”. “Sampai mencapai baligh bila laki-laki dan haidh bila perempuan,” jawab beliau shallalahu ‘alaihi wa sallam. ( HR. Al Hakim dalam Mustadroknya. Al Hakim berkata bahwa hadits tersebut sanadnya shahih dan tidak dikeluarkan oleh Bukhari-Muslim).
Hadits di atas sebenarnya berbicara dalam konteks hadhonah , yaitu hak pengasuhan anak ketika terjadi perceraian suami istri. Akan tetapi, hadits tersebut juga membawa makna bahwa sebaiknya anak tidak jauh dari ibu atau orangtuanya saat usia masih dini. Di usia tersebut anak-anak masih sangat membutuhkan kasih sayang dan perhatian orangtua terutama ibunya.
www.fikihkontemporer.com

Lalu berapakah usia baligh yang sesuai tuntunan Islam?
 “ Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam menunjukku untuk ikut serta dalam perang Uhud, yang ketika itu usiaku empat belas tahun. Namun Beliau tidak memperbolehkan aku. Dan kemudian Beliau menunjukku kembali dalam perang Khandaq, yang ketika itu usiaku telah mencapai lima belas tahun. Beliau pun memperbolehkanku”.
Nafi’ (perowi hadits ini) berkata :” Aku menghadap Umar bin Abdul Aziz, pada saat itu beliau menjabat sebagai kholifah, lalu aku menceritakan hadits ini, lalu beliau ( Umar bin Abdul Aziz) berkata : “ Sesungguhnya ini adalah batas antara orang yang masih kecil dan sudah dewasa”. ( Shohih Bukhori, no.2664 dan Shohih Muslim, no. 1868)
Imam Nawawi menjelaskan, hadits ini merupakan dalil bahwa batasan baligh adalah umur 15 tahun, dan ini adalah pendapat madzhab Syafi’I, Imam Al-Auza’I, Imam Ibnu Wahab, Imam Ahmad dan yang lainnya. Mereka menjelaskan bahwa dengan sempurnanya umur 15 tahun seseorang sudah dihukumi mukallaf meskipun belum pernah bermimpi basah, maka hokum-hukum menyangkut kewajiban ibadah dan lainnya diberlakukan baginya.
Imam As-Subki menjelaskan hikmah ditetapkannya umur 15 tahun sebagai batasan umur baligh karena pada umur itulah bangkit dan menguatnya syahwat seksual, begitu juga syahwat dalam hal-hal lain seperti makanan. Pada umur inilah kesempurnaan akal seseorang dan juga kekuatan fisiknya akan dicapai, karena itu diperlukan pengarahan berupa hukum-hukum yang mengikat karena kuatnya dorongan syahwat dan pemikiran. Waalahu a’lam.
Referensi:
1.      Kasyifatusy Syaja Syarah Safinatun Naja, Hal.39
2.      Faidhul Hija, hal.6
3.      Syarah Muslim Lin-Nawawi , Juz 13 Hal.12
4.      Al-Asybah Wan Nadho’r, Hal.223
www.kabarmakkah.com
Jadi walaupun  sampai usia 15tahun ananda belum mimpi basah, itu tetap sudah dianggap baligh. Begitu pula kalau ternyata sebelum usia 15 tahun sudah mimpi basah, juga sudah dianggap baligh.
Nah, gimana kalau besok kakak belum baligh tapi sudah harus berangkat mondok? Kami juga tidak akan lepas tangan begitu saja. Banyak hal yang harus kakak ketahui dibalik makna baligh. Juga aturan-aturan saat ia mengalami mimipi basah.
Misi kami, kakak sudah siap menghadapi moment “baligh” meskipun nanti kami tidak ada di sampingnya. Mau tau gimana caranya?
Lanjut di postingan besok aja yaaa. Insya Allah besok bundo akan sampaikan bagaimana menyiapkan anak menghadapi moment “baligh” saat tidak bersama orang tua. Walaupun sebenernya dalam hati kecil, bundo berharap moment itu dia alami saat masih bersama kami disini. Curang ya bundanya… hehehe ?
Tulisan ini diikutsertakan dalam Program One Day One Post Blogger Muslimah Indonesia.
#ODOPOKT3