Sebelum Pilih Boarding School atau “mondok”
Assalamualaikum…
Siapa yang tahun depan anaknya ikut UN? Cung ah…
Si sulungnya bundo tahun depan juga bakal UN SD nih. Dan ini bakal jadi pengalaman pertama bundo mendampingi anaknya ikut UN. Ga kebayang deh, secara kalo ujian semester atau ujian kenaikan kelas aja bundo nya yang spanneng, gimana kalo pas UN besok ya? Hehehe ?
Hmmm… selain UN pastinya agenda selanjutnya adalah hunting sekolah baru. Sudah ada pandangan sekolah mana yang mau dituju, bunds?
Belakangan ini fenomena “boarding school” dan “mondok” semakin marak. Seolah menjadi trend, banyak sekolah baik itu sekolah yang sudah lama berdiri maupun sekolah yang baru saja berdiri yang juga membuka program asrama bagi siswa didiknya. Ada yang konsen di sekolah agama seperti pondok pesantren, ada juga yang menggunakan kurikulum nasional , bahkan tak sedikit yang bertaraf internasional. Tentu saja ini semua berkaitan erat dengan adanya permintaan pasar yang semakin besar. Sesuai prinsip ekonomi kan?  Dimana ada permintaan disana ada penawaran.

sekolah semesta bilingual boarding school semarang

smpit abu bakar yogyakarta
Sebenarnya, apa sih alasan terbesar orangtua menyekolahkan anaknya di “Boarding School” atau sekolah berasrama?
Ternyata selain menginginkan anak tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, perkembangan jaman yang begitu maju dan terbuka membuat orangtua was-was akan pertumbuhan dan perkembangan anaknya, terutama bagi anak yang memasuki usia remaja. Kekhawatiran terhadap pergaulan bebas, pengaruh narkoba dan pornografi menghantui para orangtua jaman sekarang yang notabene memiliki tingkat kesibukan yang tinggi.  Jangankan waktu untuk mengawasi anak, waktu untuk bermain bersama anak saja terasa kurang. Dengan menyekolahkan anak di asrama , selain orangtua mendapatkan rasa aman , orangtua juga tentunya berharap pendidikan anak-anak akan lebih terjamin karena anak selalu dekat dengan guru dan tinggal di lingkungan sekolah.
https://primago.blogspot.co.id/?view=classic

cahaya rancamaya boarding school
Lazimnya sekolah berasrama ini biayanya diatas sekolah non asrama. Namun orangtua tak lagi ragu untuk merogoh kantongnya demi mendapatkan yang terbaik untuk anaknya.
Lalu bagaimana dari sisi anak? Apakah memang anak menyukai sistem sekolah berasrama? Rasa suka tidak akan tumbuh begitu saja. Jika anda memang sudah merencanakan anak anda bersekolah di asrama atau “mondok”, tentunya anda harus menumbuhkan rasa suka sejak dini kepada mereka. Jauh-jauh hari. Ajak anak anda melihat kondisi kehidupan berasrama. Dekatkan mereka dengan kebiasaan kebiasaan di asrama. Biarkan anak anda turut serta memilih sekolahnya. Sesuaikan karakternya dengan sekolah yang akan dituju, karena setiap sekolah memiliki visi dan misi yang berbeda-beda. Jika anak masuk ke sekolah berasrama, pastikan ini sebagai keputusan bersama, bukan paksaan.
 

http://gambartop.com/gambar-oke/keluarga-bahagia-muslim-kartun-www-pixshark-com-images/

Idealnya umur berapa sih anak kita cocok dengan kehidupan berasrama, jauh dari orangtua?

http://auliyaaizzatun31.blogspot.co.id

Dari Ubada bin Shamit, Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam melarang memsahkan antara ibu dan anaknya. Ada yang bertanya pada beliau, “ Wahai Rasulullah, sampai kapan?”. “Sampai mencapai baligh bila laki-laki dan haidh bila perempuan,” jawab beliau shallalahu ‘alaihi wa sallam. ( HR. Al Hakim dalam Mustadroknya. Al Hakim berkata bahwa hadits tersebut sanadnya shahih dan tidak dikeluarkan oleh Bukhari-Muslim).
Hadits di atas sebenarnya berbicara dalam konteks hadhonah, yaitu hak pengasuhan anak ketika terjadi perceraian suami istri. Akan tetapi, hadits tersebut juga membawa makna bahwa sebaiknya anak tidak jauh dari ibu atau orangtuanya saat usia masih dini. Di usia tersebut anak-anak masih sangat membutuhkan kasih sayang dan perhatian orangtua terutama ibunya.
Lalu berapakah usia baligh yang sesuai tuntunan Islam?
Nanti akan kita bahas lebih dalam tentang usia baligh ananda di postingan selanjutnya ya. Tolong ingatkan saya J
Nah, kita kembali lagi ngobrol ke fenomena sekolah berasrama atau boarding school.
Diluar alasan yang saya sebutkan di awal, sebenarnya masih banyak lagi alasan lain yang juga penting bagi orangtua dan anak. Setiap orangtua memiliki visi misi sendiri-sendiri. Kebutuhan setiap keluarga berbeda satu sama lain.
Termasuk keluarga saya. Alhamdulillah saat ini suami mendapatkan amanah di luar Jawa. Padahal kami berasal dari Jogja. Hampir 10 tahun kami hidup merantau meninggalkan kota yang membesarkan kami, meninggalkan keluarga besar kami. Anak-anakpun turut serta bersama kami. Tiga kali pindah kota, tiga anak saya juga kelahiran di kota yang berbeda-beda.Produktif ya? Hehehe. Buat kenang-kenangan deh.hahaha
www.doaharianislami.com
 Kami tidak pernah tau sampai kapan kami akan ada di kota ini. Selembar surat tugas yang entah kapan datangnya akan membawa kami menjelajah kota demi kota. Akan (p)indah pada waktunya. Itu slogan kami dan teman-teman seperjuangan disini.
Komitmen saya dan suami adalah selalu bersama dan meminimalisir LDR. Kalaupun sempat LDR itupun tidak sampai satu tahun. Tapi ketika anak-anak tumbuh semakin besar, kerisauan kami justru pada pendidikan anak-anak. TK dan SD masih tidak terlalu repot membawa mereka pindah-pindah sekolah. Tapi usia SMP?
Di usia yang menjelang remaja, dengan bekal ilmu yang sudah ia dapatkan, dengan persaingan yang begitu ketat di luar sana, dengan standart pendidikan yang berbeda beda yang kami tidak tentu apakah berikutnya akan ditempatkan di kota yang besar, rasanya kami harus mencari jalan tengah.

Dan Boarding School menjadi pilihan kami. Kami mencari sekolah Islam yang memiliki fasilitas asrama. Karena pertimbangan kebutuhan kasih sayang dan perhatian, maka kami memilih sekolah di kota asal kami. Banyak keluarga dan saudara yang akan menjaga ananda meski tidak secara langsung dan tidak setiap hari. Kami pilih sekolah Islam agar hafalan ananda yang selama ini didapatkan juga dapat bertambah dengan baik. Kami harap 3 tahun ke depan si kakak bisa nyaman dengan lingkungannya tanpa harus berpindah-pindah sekolah lagi. Dan dia bisa fokus mengembangkan dirinya.
Emang anaknya bundo sudah baligh?
“Belum.” (sampai saat ini ya, entah besok J).
“Trus gimana donk,bund. Anak belum baligh koq sudah di pondokin?”
            Ssssst, kita lanjutin obrolan ini besok aja ya. Tentang usia baligh dan bagaimana mempersiapkan berpisah dengan anak sebelum usia baligh. Sekarang berhubung udah malem, saatnya berpelukan dengan anak-anak. Menyisipkan doa-doa di telinga mereka, mengusap ubun ubun mereka dengan kasih, mengantarkan anak-anak tidur dengan lelap untuk kembali beraktivitas esok pagi.
            Bundo pamit dulu yaaaa. Wassalamualaikum…
Tulisan ini diikutsertakan dalam Program One Day One Post Blogger Muslimah Indonesia.
#ODOPOKT2