7 HAL PENTING DALAM MENJALANI LDM

Hai bunds, apa kabar? Semoga semua dalam keadaan sehat, bahagia dan sejahtera ya.

Bunds, kali ini kita ngobrol-ngobrol ringan tentang LDM yuk.

LDM : Long Distance Marriage alias hidup berjauhan dengan pasangan halal kita.

Adakah disini yang sedang galaw, menimbang-nimbang apakah LDM adalah keputusan yang tepat untuk dijalani?

pernikahan tidak selalu tentang cinta

ada perjuangan, ada airmata, ada impian

Dan sepertinya gak ada satupun pasangan suami istri yang menginginkan kehidupan rumah tangganya tak seatap.

Tapi terkadang harapan tak sesuai kenyataan. Ada garis takdir yang mengharuskan kita berpisah sementara dengan sang belahan jiwa.

Biasanya ini dialami oleh para pekerja kantoran, yang tentunya harus siap untuk ditempatkan di mana saja sesuai keputusan pemilik perusahaan.

Lalu dilema akan muncul ketika buah hati semakin besar dan semakin bertambah jumlahnya. Memikirkan pendidikan anak-anak, adaptasi lingkungan baru, beban biaya pindahan, meninggalkan orangtua yang sudah menua dan tak ada yang menemani, dan banyak hal lain yang akan menjadi pertimbangan besar jika kita harus berpindah-pindah tempat tinggal.

Adakah yang pernah mengalami kegalawan yang sama?

Toss dulu yuk 🙂

Beruntungnya, saya sudah keluar dari masa galaw itu. Dan berharap bisa bertahan sampai target waktu yang telah ditentukan.

Coba simak 7 hal penting yang harus diperhatikan sebelum menjalankan LDM berikut ini ya, bunds. Siapa tahu bisa membantu menghilangkan kegalawan bunda untuk berjauhan sementara dengan suami tercinta.

 

  1. AWALI DENGAN NIAT YANG BAIK

Sudah memutuskan untuk LDM, bunds?

Pastinya keputusan untuk melakukan LDM ini didasari dengan niatan yang baik kan?

Niat yang baik akan memberikan hasil yang baik pula.

Yakinkan itu selalu dalam pikiran kita.

 

  1. BUAT KOMITMEN BERSAMA

Buat komitmen untuk selalu terbuka dan lancar berkomunikasi.

Untuk apa sih komitmen ini?

Agar kita bisa saling menguatkan dan menjaga hati satu sama lain.

Ketika aneka perangkat komunikasi sudah selalu ada di genggaman, rasanya sebuah alasan kuno jika ada yang menyebutkan LDM atau berjauhan dengan pasangan membuat feel komunikasi yang sesungguhnya itu hilang.

Jangan mengkambinghitamkan komunikasi deh. Karena semua akan kembali ke niat kita.

Niat yang besar akan membuahkan sebuah komitmen.

Dan dalam hubungan jarak jauh seperti ini, sangat dibutuhkan komitmen untuk saling terbuka dan lancar berkomunikasi.

Bukan artinya 24 jam kudu telponan dan video call an terus ya.

  1. SALING PERCAYA

Memulai dengan niat yang baik, lalu sudah berkomitmen untuk selalu terbuka dan lancar berkomunikasi, maka yang harus dilakukan adalah menguatkan rasa PERCAYA pada pasangan. Begitu pula sebaliknya. Karena tanpa rasa saling percaya, semua niat dan komitmen LDM an kita akan ambyar, bubrah, tak terarah.

Percaya pada pasangan. Percaya pada Tuhan yang Maha Mengetahui segalanya.

Itu akan menjadi modal ketenangan batin saat menjalani hubungan rumahtangga jarak jauh ini.

 

  1. BUAT TARGET

Cobalah  duduk berdua bersama pasangan di tempat dan suasana yang nyaman untuk bicara dari hati ke hati. Jika memungkinkan, libatkan pula anak-anak. Untuk apa?

Agar mereka memahami, kenapa ayahnya tidak selalu ada di dekat mereka. Kenapa ibu dan anak-anak tetap berada di sini dan ayah berada di tempat lain.

Dengarkan juga impian mereka akan keluarga ini.

Lalu jelaskan kondisi yang ada sesuai dengan bahasa mereka ya, bunds.

Mengenai target jangka menengah dan jangka panjang, ada baiknya untuk dibahas dulu berdua bersama pasangan. Bahas saat kita bisa bicara berdampingan, bukan melalui telepon atau chat.

Target jangka menengah, misalnya:

  • Tahun depan si kakak akan lulus SD. Setelah kakak lulus SD, kami akan menyusul ayah.
  • Jika dalam 2 tahun pasangan kita belum bisa kembali ke kota asal, maka kami akan menyusul. Atau mungkin pasangan kita yang akan kembali ke sini dengan sebelumnya menyiapkan usaha atau pekerjaan pengganti.

Target jangka panjang, misalnya :

  • Menyiapkan usaha sampingan dalam 5 tahun pertama ini, untuk persiapan jika memang tidak bisa meneruskan LDM.
  • Menyiapkan rumah, kendaraan, biaya dan pengawasan bagi anak-anak jika mereka sudah SMA/Kuliah, sehingga anak-anak bisa ditinggal dulu sementara kita mengikuti tinggal di kota pasangan kita berada.

  1. TENTUKAN JADWAL

Jadwalkan waktu berkumpul bersama.

Sometimes quality more important than quantity

Saat pasangan sibuk, maka kita bisa bergantian mengunjungi.

Dan memang seharusnya seperti itu. Saling mengunjungi meskipun mungkin lebih sering suami yang mendatangi kita.

Waktu yang hanya dari jumat malam sampai minggu malam harus digunakan sebaik mungkin. Jangan sia-siakan waktu kebersamaan ini dengan hal-hal yang kurang penting. Karena bagi para LDM, waktu berkumpul itu sangatlah berharga.

 

  1. EKSPRESIKAN RASA RINDUMU

Siapa bilang hidup tak berdampingan dengan pasangan halal itu mudah?

Pasti ada rindu yang selalu memenuhi ruang hati.

Mulailah untuk sering mengungkapkan rasa rindu itu kepada pasangan.

Bisa dengan mengirim pesan cinta di whatssapp, kirim foto alay yang ngegemesin pak suami juga boleh kok.

berikan kejutan-kejutan hangat untuk pasangan kita.

Biar saja jauh di mata tapi akan selalu dekat di hati

 

Dikirimin foto ginian aja hatiku udah klepek- klepek, bunds
  1. PENGELOLAAN KEUANGAN KELUARGA

Kelola keuangan dan aset keluarga dengan baik.

Sebaik-baik wanita adalah yang menyenangkan (suaminya) jika ia melihatnya, menaati (suaminya) jika ia memerintahnya, menjaga dirinya sendiri (kesuciannya) dan harta (suaminya) dalam ketiadaan kamu (suaminya).

Jadi sudah jelas ya bunds, saat kita jauh dari pasangan, kita tetap harus menyenangkan saat di lihat (meskipun hanya dari kirim foto, video call, atau suara di telepon). Kita juga harus menaati suami selama itu tidak bertentangan dengan agama yang kita anut.

Kita juga wajib untuk menjaga diri, menjaga kesucian kita. Artinya, gak perlu lah lebay-lebay di medsos kalo lagi jablay #eeeh, nyindir-nyindir di medsos tentang suami, posting foto-foto yang membuat lawan jenis tergiurrr . Sereeeem. Atau malah sampai berduaan sama cowok.

Suami juga mestinya gitu juga.

Gak perlu kita curhat sama yang lain apalagi lawan jenis. Curhat sama sesama jenis aja kadang bisa jadi senjata makan tuan.

Sama Allah aja deh curhatnya

Trus lagi, masalah keuangan keluarga. Harta dan aset yang ditinggalkan pasangan harus kita jaga baik-baik. Rumah kita rawat dengan sebaik mungkin. Kendaraan jangan lupa rajin di servis.

Walaupun kadang ngerasa, yaaah nasip deh emak-emak disuruh nongkrong di bengkel. Coba kalau ada suami, kan cocokan dia yang duduk di sini.

Ups! Siapa tuh yang suka baper kayak gituuu.

.

Untuk pengelolaan keuangan juga wajib transparan nih. Jangan ada dusta di antara kita.

Karena uang adalah salah satu hal tersering yang menjadi penyulut kekisruhan hubungan jarak jauh.

Aku di sini ngirit, kamu di sana kok makannya di restoran terus sih, yah!

Atau

Gamisnya baru lagi ya, bunds?

Kemarin arisan apa lagi?

Anaknya sekolah kok bunda nongkrongnya di emol? #eaaa

Komunikasi dan terbuka ya, bunds! Please.

Pasangan juga harus begitu.

Siapa tahu gamis baru karena abis dapet give away.

Siapa tahu ikut arisan karena supaya punya teman di lingkungan yang baru.

Nongkrong di mall, siapa tau karena cari wifi gratis. Padahal abis itu buka laptop kirim artikel dan jadi duit jajan. Ya gak?

Duit jajannya trus dipake buat makan bareng sama anak-anak di mekdi.

Bisa jadi gitu kan?

 

Inilah tantangannya hubungan jarak jauh. Kita gak sepenuhnya tau keseharian pasangan kita.

Maka sering-seringlah bercerita pada pasangan.

Adakalanya kita bukan “supermom” yang bisa menyelesaikan semuanya.

Jarak hanyalah angka, tapi segala sesuatu dalam rumah tangga tetap tak boleh berjarak.

Saat kita lelah mengurus anak seorang diri, jujur aja sama pasangan. Saat pasangan lelah kerjaan kantor sangat banyak, kita dengarkan ceritanya dan kita puk-puk dari jauh biar ayem.

Di sini seninya membina rumah tangga yang tak seatap.

Bisa dijadikan ide novel kayaknya ini ya.

Oya, saya pernah baca tulisan yang bagus banget mengenai pengelolaan keuangan keluarga.

Kayaknya cocok juga buat yang menjalani LDM an.

Begini kisahnya :

Seorang bijak berkata pada seorang suami.

“Jika penghasilanmu dalam satu bulan adalah satu juta, maka berikan kepada istrimu satu juta”

Sang suami terkejut. Dia merasa ini tak adil.

“Bukankah aku yang selama ini bekerja memeras keringat untuk mendapatkan penghasilan? Ini namanya sama saja aku seperti robot atau mesin pencari uang!” kilahnya

Lalu si orang bijak itu bertanya :“Bukankah kau menikahi istri yang cerdas lagi shaleha?”

“Tentu saja istriku orang yang cerdas, cantik dan shaleha,” kata suami

“Apakah kau mempercayai istrimu?” tanyanya lagi

Suamipun mengangguk.

Setelah mereka terdiam sesaat, sang bijak berkata

“Jika penghasilanmu sebulan satu juta, lalu kau berikan istrimu seratus ribu dan selebihnya engkau gunakan sendiri, maka kesulitan hidupmu akan melebihi dari satu juta. Kemalanganmu juga akan melebihi satu juta. Bahkan beban hidupmu akan lebih dari satu juta.

Jika penghasilanmu sebulan satu juta, lalu kau berikan pada istrimu satu juta itu. Istri cerdas dan shaleha yang kau percayai itu akan mengolahnya hingga terasa menjadi dua juta. Istri yang tidak cerdas akan menghabiskan seluruhnya dan merasa selalu kurang.”

Sang suami berusaha mencerna maksud sang bijak.

Ia ingat saat istrinya mengolah masakan yang sangat menggiurkan di rumah. Yang jika ia beli di rumah makan mungkin harganya bisa mencapai ratusan ribu. Tapi melalui tangan istrinya ia tak perlu merogoh kantongnya dalam-dalam.

Ia ingat saat istrinya mengajarkan anak-anaknya di waktu malam. Yang jika ia memanggil guru privat ke rumah atau ikut les sepulang sekolah pastilah mengeluarkan biaya lagi.

Ia ingat saat istrinya bersikeras tak ingin dibelikan handphone baru karena handphone lamanya masih bisa digunakan meski tak sejernih gawai yang suaminya gunakan saat ini.

Ah, apakah ini maksud perkataan sang bijak itu tadi?

Ketika wanita diuji saat kekurangan harta

Maka Lelaki diuji saat bergelimang harta

Lelaki yang pintar menafkahi keluarganya akan Allah titipkan rejeki yang layak yang lebih dari yang dibayangkan.

Sementara istri yang amanah, akan cerdas mengelola pemberian suaminya dan menjaga harta suaminya dengan baik, tidak besar pasak daripada tiang, maka Allah akan titipkan rezeki dengan mudah dan berkah.

 

Nah, bagi yang LDM an, saat ada dua dapur yang harus mengebul sehari-harinya, saat  sang pencari nafkah utama tak ada di samping kita, maka keterbukaan, rasa saling percaya dan amanah adalah kuncinya.

Setelah membaca kisah tersebut seharusnya kita bisa mengatur lagi langkah pengelolaan keuangan keluarga seperti apa yang cocok dengan keluarga kita ya,bunds.

Jadi gimana nih setelah membaca 7 hal penting di atas?

Ada lagi yang perlu ditambahkan?

Intinya Niat baik dan Saling (komitmen, terbuka dan percaya). Ya kan bunds?

Yuk yang mau bagi pengalaman LDM an juga boleh lho.

Karena semangat yang ditularkan oleh sesama LDM itu biasanya lebih berasaaaaaa di hati.

Semangat ya pejuang LDM.

Insya Allah semua akan indah pada waktunya.