SITUS WARUNGBOTO

GELIAT CAGAR BUDAYA INDONESIA

YANG TERSELAMATKAN

Menyebut kata Yogyakarta selalu akan membawa kita ke dalam aura romantisme yang tak berkesudahan. Entah kenapa energi cinta selalu terpendar dari tiap sudut kota Jogja. Bahkan seorang sastrawan Indonesia mengungkapkan dalam sajaknya:

”Yogya, terbuat dari rindu, pulang dan angkringan” (Joko Pinurbo )

Setiap kita pasti diberikan anugerah rasa rindu. Rindu yang terkadang melenakan dan membawa kita pada kisah-kisah masa lalu. Dan kota Jogja, memiliki kisah masa lalu yang begitu indah untuk dikenang dan dirindukan.

Sebut saja kawasan Malioboro yang begitu terkenal di seantero negeri. Menyusuri jalan Malioboro yang lurus, terus hingga sampai di simpang empat yang sering disebut titik nol Yogyakarta, kita disuguhkan dengan bangunan-bangunan bersejarah. Hingga lurus lagi sampai di ujung jalan, kita akan bertemu dengan Keraton Ngayogyakarta.

Apa yang terbayang di benak kita jika membicarakan tentang Keraton? Kisah tentang Raja, Ratu, Pangeran ganteng dan Permaisuri yang cantik jelita? Atau sejarah dan cerita tentang Abdi dalem yang sangat loyal? Lalu apalagi? Tentang kereta kencana? Pesanggrahan? Pemandian raja-raja?

Nah, bicara tentang kolam pemandian Raja dan keluarganya di Yogyakarta, pasti yang ada di ingatan kita adalah Taman Sari. Letaknya masih satu wilayah dengan Keraton. Bangunannya sangat eksotik dan areanya cukup luas. Taman Sari sudah sangat terkenal di kalangan wisatawan, dan bangunan ini juga masuk dalam Cagar Budaya Indonesia.

Tapi tahukah anda akan area pemandian keluarga raja yang tak kalah menariknya dengan Taman Sari? Tempat ini juga sudah tercatat dalam Cagar Budaya Indonesia. Sebuah peninggalan sejarah yang hampir saja terlupakan. Untung saja Balai Pelestarian Cagar Budaya ( BPCB ) Daerah Istimewa Yogyakarta bergerak cepat untuk melakukan renovasi.

Namanya adalah Pesanggrahan Rejowinangun atau biasa disebut Situs Warungboto. Pesanggrahan adalah tempat pesiar yang merupakan tempat peristirahatan bagi raja dan kerabatnya. Pastinya dipilih tempat yang tenang dan nyaman untuk beristirahat, terdapat taman, kolam pemandian, dan ruangan religius. Di Yogyakarta sendiri sebenarnya ada banyak pesanggrahan yang dibangun dari masa Hamengkubuwono I, tapi tidak semuanya bisa ditemukan.

Situs Warungboto

Dikutip dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, Pesanggrahan Rejowinangun mulai dibangun pada tahun1711 Jw atau 1785 M. Merupakan karya putra mahkota yaitu KGPAA Hamengkunegara, yang pada tahun 1792 naik tahta bergelar Sri Sultan Hamengku Buwana II. Wow, 234 tahun yang lalu.

Hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit saja dari pusat kota atau Malioboro untuk ke lokasi ini. Tepatnya di Jalan Veteran nomor 77, Kelurahan warungboto, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Tak jauh dari Situs Warungboto, ada Kebun Binatang Gembiraloka dan XT Square yang juga sering dikunjungi wisatawan.

Letaknya yang di tepi jalan raya memang tak begitu mencolok. Situs ini terletak di bawah permukaan jalan sehingga tak begitu terlihat. Saya saja pada awalnya tidak tahu kalau di pinggir jalan ini terdapat sebuah cagar budaya yang sangat menarik dan bersejarah. Yang terlihat hanya mobil yang parkir berderet di pinggir jalan Veteran dan motor yang banyak terpakir di sekitar situ.

Tak ada biaya masuk yang dikenakan ke pengunjung untuk masuk ke area Cagar Budaya Indonesia ini. Hanya membayar tiket parkir kendaraan saja kepada petugas yang dikelola oleh warga setempat. Waktu terbaik mengunjungi situs ini adalah saat sore hari sambil menunggu matahari tenggelam. Suasananya semakin syahdu dan romantis. Jika suka berfoto, maka akan tampil hasil foto yang dramatis.

Menurut cerita, kolam pemandian di pesanggrahan ini masih digunakan sampai pertengahan tahun 1935. Tapi setelah Indonesia merdeka, bangunan ini seperti terlupakan begitu saja. Pesanggrahan Rejowinangun atau Situs Warungboto yang sudah lama ditinggalkan menjadi tidak terawat, banyak bangunan yang hancur dan diselimuti lumut. Gempa yang mengguncang Jogja tahun 2006 juga membuat keutuhan bangunan ini semakin berkurang dan rawan untuk direhabilitasi.

Penampakan Situs Warungboto yang terbengkalai

 

sumber foto: idntimes

Situs warungboto sempat mengalamai fase bagai hidup segan matipun tak mau. Hampir saja musnah!

Untungnya mulai tahun 2009, 2015 dan 2016, Balai Pelestarian Cagar Budaya ( BPCB ) Yogyakarta mulai melakukan pemugaran. Meskipun data yang terkumpul mengenai situs ini sangat minim, tapi rekontruksi tetap dilanjutkan. Mulai dari Arkeolog, Geolog, ahli pertanahan dan konstruksi diturunkan untuk membantu proses rekonstruksi Situs Warungboto. Pada 23 Desember 2016, Situs Warungboto diresmikan sebagai Cagar Budaya Indonesia oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya.

Undang-undang Cagar Budaya

Situs warungboto yang kini bisa kita nikmati belum separuhnya dari kondisi aslinya. Sudah banyak pemukiman warga yang berdiri di sekitar situs.

Situs Warungboto landscape

Begitu masuk ke area Situs Warungboto, kita akan disuguhi bangunan yang sangat eksotik. Cantik, vintage, megah dan begitu alami. Jika kita masuk dengan hati yang tenang, dinding-dinding ini seakan membisikkan kisah-kisah romantis. Titian anak tangga, dinding yang tebal, lengkungan pada ujung-ujung lorongnya, lengkungan yang mungkin dulunya adalah pintu dan jendela, semuanya sangat alami.  Pantas saja lokasi ini pernah digunakan foto prewedding oleh salah seorang putri presiden kita.

Sisi samping Situs Warungboto

Belum lagi kolam yang ada di tengah-tengah bangunan. Kolam di situs Warungboto ini ada dua. Satu berbentuk lingkaran, satu lagi berbentuk persegi empat yang melebar hampir memenuhi ruangan. Kedua kolam ini saling berhubungan. Di bagian tengahnya terdapat tempat yang mungkin dulu disitulah sumber tempat keluarnya air.

Kolam Pemandian di Situs Warungboto

Situs Warungboto mungkin tidak setenar Taman Sari dan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Tapi pesonanya seperti memanggil-manggil kita untuk kembali ke masa lalu, memeluk sejarah dengan gambaran yang jauh lebih indah.

Saksikan video di link ini  agar terlihat betapa indahnya jika Cagar Budaya warisan nenek moyang kita ini tetap terawat dan terjaga sepanjang masa.

Siapa yang bisa menjaga warisan berharga ini kalau bukan kita dan anak cucu kita. Andaikan bangunan ini tidak diselamatkan, bisa jadi sekarang hanyalah tinggal sebuah nama.

Seperti termaktub dalam Undang Undang No. 11 Tahun 2010, Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa bangunan, struktur, situs dan kawasan cagar budaya baik di darat maupun di air yang perlu dilestarikan karena memiliki nilai penting bagi sejarahh, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama dan/atau kebudayaan.

Maka Situs Warungboto ini telah membuktikan bahwa di tangan yang tepat, warisan budaya sekecil apapun dapat kembali mempesona. Membuka kerinduan akan sebuah masa kejayaan. Membawa kita “pulang” untuk menjaga dan melestarikannya.

infografis: dhika suhada

Mulailah dari diri sendiri untuk mengenali, mengunjungi, melindungi dan melestarikan Cagar Budaya Indonesia.

Meskipun bagi kaum milenial jaman sekarang, tentunya belajar sejarah dan budaya bukanlah suatu pilihan aktivitas yang menyenangkan. Mungkin kita harus sedikit kreatif, misalnya dengan merangkai kegiatan belajar sejarah dengan suatu hobi kekinian yang mereka sukai. Seperti nge-vlog, fotografi, atau menulis di blog dan laman media sosial mereka. Pastinya ini akan menjadi hal yang sangat mengasyikkan.

Cagar Budaya bukan hanya sebentuk sejarah dan data yang terpampang saja. Cagar Budaya bahkan mampu memberi kebermanfaatan pada lingkungan dan masyarakat sekitar, menaikkan taraf hidup dan meningkatkan kesejahteraan sekitar.

Maka saat ini pilihannya hanya dua.

Rawat atau Musnah !

Semua bergantung dari andil kita hari ini pada ribuan rekam jejak sejarah yang tersebat di tanah air yang kita cintai.

 

*Mari lestarikan Cagar Budaya Indonesia dengan mengikuti Kompetisi Blog Cagar Budaya Indonesia “Rawat atau Musnah”.

Kompetisi Blog Cagar Budaya IIDN