KESEMPATAN EMAS

sumber foto by google
Kesempatan Emas
.
“Berapa nilaimu?”tanya Lala pada Venna, teman bangku sebelahnya.
Venna tertawa kecil,” Biasa deeeh. Merah lagi.”
Lala tertawa terbahak, “Kasian deh kamu. Tiap ketemu pak Pranowo selalu dapat tugasnya karya sastra Jawa terus. “
“Iya nih. Apalagi kalau yang muncul model aksara jawa begini ya, La? Hilang sudah ingatanku.. Hilang lah semuanya… ,”ujar Venna sembari bersenandung pasrah. Lala tertawa melihat tingkah Vena.
.
“Mas Dimas. Dia kan berdarah biru. Kalau kamu bisa dekat dengannya kamu pasti bisa selesaikan tugas ini,”ujar Lala dengan nada sangat bersemangat pada Venna. Venna hanya tersenyum simpul.
Dimas?

.
Sosok itu memang terlihat sejuk sekali dipandang. Berwibawa, berkharisma, tidak sombong, dan…
“Hai Venna. Kamu perlu bantuanku?”
Venna terkesiap melihat sosok di depannya. Jangan-jangan dia punya indra ke-enam. Baru dibatin sudah langsung muncul.
Wajah Venna bersemu merah.
“Mmm, gak. Gak usah mas. Sa sa saya bisa sendiri koq!”kata Venna terbata-bata.
“Jangan grogi gitu donk. Aku bisa bantu kamu lho. Aku lihat tadi kamu dapat tugas Kakawin Bhāratayuddha kan?”
“Iya,mas. Nanti saya ke perpustakaan saja bisa koq,”elak Venna.
Duh Gusti.. Mahluk ini kenapa bikin aku ga konsen sih? Batin Venna dengan dada yang masih berdegup kencang. Ingin rasanya ia menerima bantuan Dimas, tapi tak sanggup kalau harus bilang iya.
Lala yang melihat kepanikan Venna segera menghampiri mereka.
.
“Besok ke kos kami aja mas. Venna itu ga berani bawa motor ke kampus. Kemarin habis diserempet angkot dianya. Kalau ada mas Dimas kan saya bisa agak bebas sebentar dari tuan putri ini,”sela Lala sambil mengedipkan sebelah matanya.
Venna pun tertunduk malu.
.
“Cie cie… yang mau belajar sama mas Dimas ni ye. Wuangiii banget.Abis mandi kembang ya?”goda Lala pagi itu.
Venna tertawa kecil dihadapan sahabatnya.
“Sudah,nikmati saja rejeki hari ini. Pagi pagi sudah disebelah cowok guanteng. Kesempatan emas ini,Ven. Nada-nadanya mas Dimas itu ada rasa lho ama kamu,”kata Lala bak pendakwah ulung.
“Hayah,nguawur kamu, La! Orang berdarah biru gitu mana mau sama aku yang bukan siapa-siapa ini. Udah ah,dia kan emang baik orangnya. Temen ceweknya juga banyak. Jadi..ya,pasti dia emang sudah biasa seperti ini,”jawab Venna.
Dan hari itu berlalu sangat cepat bagi Venna. Tugasnya selesai sempurna. Ples bonus hati yang berbunga bunga.
.
Lama mas Dimas tidak terlihat lagi di kampus setelah pertemuan yang lalu. Pesan ke nomor ponselnya juga tak pernah dijawab.
Lala berlari tergopoh-gopoh di selasar kampus sambil mengejar Venna.
“Venna.. Venna.. Aku tau ada apa dengan mas Dimas,”kata Lala dengan nafas tersengal.
“Ada apa ,La?”
“Dia mau menikah!”
Bak petir di siang hari, Venna terkejut mendengar ucapan Lala. Ya,meskipun Venna tidak ada hubungan resmi dengan mas Dimas, tapi berita ini membuatnya cukup patah hati.
Aaaah.. Ternyata begini rasanya jadi fans yang ditinggal idolanya.
Venna tersenyum kecut. Mencoba menahan semua rasa yang tak menentu.
.
“Oya, Ven. Tadi dapat info juga dari asisten pak Pranowo. Tugasmu sedang diperiksa beliau. Tapi karena beliau ada kesibukan penting, kamu diminta konsul langsung ke rumah nya. Ini alamat dan jam konsultasinya. Jangan khawatir, aku akan mengantarkanmu,”kata Lala
.
Keesokan sorenya mereka berdua menuju ke rumah pak Pranowo sang dosen. Rumah yang luas,nyaman,njawani sekali. Banyaknya pohon disini membuat rumah terasa sangat sejuk. Sesejuk tatapan mas Dimas.
“Ups,” Venna menepiskan lamunannya sendiri.Mau menghadap dosen malah mikirin cowok yang sebentar lagi mau menikah. Hmmmph.
.
“Cari siapa,mbak?” Suara itu membuat Venna langsung mendongak.
“Mas Dimas?,”Venna setengah menjerit. Lala pun terkejut.
Tak lama sosok pak Pranowo juga keluar menemui mereka.
“Oh, sudah datang tamunya ya? Jadi ini gadis yang kamu pilih?”tanya pak Pranowo kepada Dimas. Dimas mengangguk dengan mantap sambil menggenggam erat tangan Venna.
Vennapun pingsan di tempat.