GAME LEVEL 1 BUNDA SAYANG :

TANTANGAN 10 HARI KOMUNIKASI PRODUKTIF

DAY 7 : MAAFKAN BUNDA, NAK

Hiks, hari ini jadi hari termelow sepanjang jalan kenangan.
Suatu saat kalau Adik baca blog ini, Bunda pengen bilang kalau Bunda sayang sekali sama Adik. Maafkan jika Bunda belum bisa sepenuhnya menjadi ibu yang sempurna buat Adik.
Termasuk karena kejadian pagi tadi.
Bunda sepertinya sedang kurang fit hari ini, jadi Bunda maunya cepat-cepat merapihkan rumah dan bisa ambil waktu untuk istirahat sejenak.
Awalnya Adik masih bisa diajak kerjasama.
Tapi begitu masuk sesi mencuci piring, Adik memaksa untuk membantu.
Kebetulan yang ada dalam tumpukan piring kotor adalah perkakas masak yang bentuknya besar dan butuh penanganan khusus buat membersihkannya.
Adik : “Mau cuci piring, Bun.”
Dengan nada setengah merengek.
Bunda : “Nanti aja ya, Dek. Cuciannya besar-besar. Adek tunggu dulu di kursi sini,bunda cuma sebentar koq.”
Lalu apa yang terjadi?
Adik mendorong kursi di dekatkan ke tempat cucian piring. Lalu langsung mengambil spons sabun cuci piring dari samping Bundo. (dalam hati mengakui banyak akalnya ternyata anak ini ⌣ )
 Bunda  : “Adeeeek. Kan sudah dibilangin tunggu dulu. Ini cuciannya gak selesai-selesai lho nanti.”

Astaghfirullah, bunda mengeluarkan nada tinggi ke arah Adek dengan tatapan kesal.
Ya Allah…
Karena tidak ingin semakin “menjadi-jadi”, maka Bundo putuskan meninggalkan Adik di tempat cucian piring.
Bunda : “Ya udah kalau Adek memaksa cuci piring. Bunda mau istirahat dulu aja. Kepala bunda pusing.”
Kali ini dengan nada pelan tapi tajam tanpa senyum.
Baru saja sampai pintu kamar, tiba-tiba terdengar suara kursi di dapur berderir dan adik menangis.
Astaghfirullah
Bunda : “Adek kenapa?”
Adik gak menjawab, dia menangis tersedu-sedu.
Bunda langsung cek ke dapur, semua aman sepertinya.
Lalu kenapa Adik menangis?
Adik : “Mau sama Kakak.”
Masih sambil menangis.
Bunda : “Kakak sekolah, belum pulang”
Adik semakin menangis. Dan nada tangisannya terdengar berbeda dengan tangisan manja atau merajuknya.
Bundo semakin was-was.
Pelan-pelan Bundo dekati Adik. Mensejajarkan arah pandangan mata kami berdua. Eye contact.
Bunda : “Dek, maafin ya tadi Bunda tinggal di tempat cucian. Bunda lagi sakit.”
Adik : “Adek juga sakit.”
Katanya sambil sesenggukan.
Bunda : “Apanya yang sakit Nak?”
Lalu dia menunjukkan goresan memanjang di lengannya sambil kembali menangis.
Bunda mulai panik.
Bunda : “Ya Allah Dek. Perih? Diobatin ya?”
Adik menolak.
Bunda : “Tangannya kena apa?”
Adik : “Kena kursi…”
Lalu meledaklah tangisannya.
Kami berpelukan erat. Tak henti-hentinya Bunda meminta maaf ke Adik. Andai saja tadi Bunda lebih sabar. Andai saja tadi Bunda gak meninggalkan Adik sendirian di tempat cuci piring. Andaikan tadi intonasi Bunda lebih terkontrol, pasti gak seperti ini jadinya.
Ahh, melow jadinya.
Ketika kegagalan menahan emosi berdampak luka pada si kecil, itu terasa sangat menyakitkan. Jauh lebih sakit dari migren dan meriang yang terasa sejak pagi. Hiksss 
Hari ini bunda belajar betapa pentingnya seorang ibu bisa mengelola emosi dalam dirinya sendiri
Maafkan Bunda ya, Nak.
Besok kita cuci piring bersama lagi dan Bunda akan lebih sabar lagi.

Ps.
Gak sampai setengah jam kemudian, si Adik udah ngusel-ngusel bunda dan ketawa-ketawa lagi.

Sungguh anak-anak itu adalah mahluk pemaaf yang sejati 

Love you nak
#hari7
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional